Perantau Indramayu


Minggu (20/11), anggota dari Lingkar Studi Pers Universitas Djuanda (LSP UNIDA) mengadakan kunjungan ke daerah Muara Angke, Jakarta Utara.  Kunjungan ini dimaksudkan untuk mengetahui kegiatan apa saja yang terjadi di daerah Muara Angke.  Kawasan yang terkenal dengan hasil alam dari laut ini memang menarik untuk dilirik.  Kawasan Muara Angke ini juga sering dijadikan tempat untuk kapal berlabuh menjual hasil tangkapan laut yang didapat dari seluruh perairan yang ada di Indonesia.



Setelah berjalan-jalan mengelilingi daerah pelabuhan, ada seorang ibu penjual yang menarik perhatian  ada di kawasan tersebut.  Ibu penjual ini merupakan satu-satunya penjual hasil olahan laut siap saji yang berada di sekitar pelabuhan.  Ia adalah Satini perantau asal Indramayu yang sejak tahun 2005 datang ke Jakarta, sama seperti perantau-perantau lainnya Satini merantau ke Jakarta untuk merubah nasib.  Sudah tiga tahun belakangan ini, Ia mulai mencoba berjualan aneka macam hasil laut dalam bentuk siap saji. 

Satini sedang melayani pembeli




Ibu yang sudah mempunyai satu orang anak ini saat ini tinggal di daerah Empang, Jakarta.  Bersama anak dan suaminya, mereka pun sudah memiliki tempat tinggal tetap  dan memiliki kehidupan yang layak.  Sebelum membawa dagangannya ke tempat berdagang, Satini mengolah bahan-bahan yang sudah dibelinya di rumah.  Ia biasa membeli bahan untuk dagangannya tersebut di tempat pelelangan ikan yang ada di pelabuhan Muara Angke, sedangkan untuk kepiting, lobster, dan kerang ia biasa membelinya di pasar yang berada di sekitar pelabuhan.  Kurang lebih ia merebus kepiting dan lobster memerlukan waktu 15 menit dan membakar ikan sekitar 30-40 menit.  Cara membakar ikannya pun masih sederhana, Satini masih menggunakan arang untuk membakar ikan. 

Satini terbiasa membawa dagangannya dari Empang ke Pelabuhan dengan menggunakan ojek, waktu yang ditempuh Satini kurang lebih satu jam jika cuaca sedang bersahabat.  Harga yang dipatok untuk olahan siap saji ini cukup murah yaitu lima ribu rupiah per kotak untuk kepiting, lobster, dan kerang sedangkan untuk ikan salem dan tongkol Ia mematok harga tujuh ribu rupiah per tusuk,  sudah termasuk bumbu kacang untuk menambah citarasa.  Jika ingin dibungkus atau dibawa pulang ke rumah, Satini pun menyiapkan kantong plastik hitam agar bisa menampung ikan yang ingin dibawa.  Untuk masalah rasa tidak perlu diragukan lagi, dijamin tidak membuat kecewa pembeli karena Satini masih menggunakan bahan-bahan yang alami.

Awalnya tidak mudah bagi Satini untuk berjualan di sekitar pelabuhan, karena banyak warga Muara Angke tidak suka Satini berjualan di daerah mereka.  Maklum Satini hanyalah pendatang yang bertujuan untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik.  Walau demikian Satini pun tidak menyerah begitu saja, Ia terus berusaha sampai akhirnya Ia bebas berjualan seperti sekarang ini.  Kuliner ala Satini ini pun bisa ditemui sekitar pukul dua siang sampai pukul enam sore, di sekitar pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara.

You Might Also Like

0 comments

No Rude Words, Please ^^