yaap cerpen pertama gue yang gak absurd nih.. disimak yah gals ^^ kalo bisa sih komen :D
Pagi yang dingin disertai angin kencang sukses membuat atap rumah keluarga Kira bergoyang-goyang dengan kerasnya, membuat Kira yang saat itu sedang terlelap tidur terbangun dengan kagetnya.
“Berisik banget! Sih genteng reot, ganggu gue tidur aja!” keluh Kira yang langsung beranjak dari tempat tidur dengan malas. Rambut panjang bergelombang berwarna kecoklatan milik Kira pun berantakan. Dengan mata yang masih setengah menutup Ia pun berjalan keluar kamar menuju ruang tengah.
“Pada kemana nih orang sepi amat? Perasaan baru juga jam de..lapan?” Kira kaget melihat jam dinding di ruang tengah yang sudah menunjukan pukul delapan sementara Ia harus sekolah pukul tujuh. “Ah kamfret! Masa gak ada yang ngebangunin gue? Kemana lagi nih si mamah?? Maaaah...!” teriak Kira kepanikan.
Melihat tidak ada orang di ruang manapun, baik ruang tengah, teras depan, dapur ataupun kamar mandi Kira keheranan dan diam sejenak. Kira lalu menuju kamar orang tua yang tidak jauh dari ruang tengah. “Ya ampuun... Kenapa belum pada bangun jam segini? Mah, Pah bangun! Papah gak kerja apa?” tanya Kira. Ternyata suasana hujan deras dan cuaca yang sangat dingin pagi ini sukses membuat orang-orang yang ada di rumah Kira tertidur dengan pulasnya.
“Ada apa sih kak teriak-teriak masih pagi juga? Tumben kamu jam segini sudah bangun?” tanya mamah Kira yang terbangun akibat teriakan Kira. “Masih pagi sih masih pagi! Liat tuh udah jam delapan!”. Mamah Kira menunjukan ekspresi yang sama dengan Kira saat mendapati jam yang ada di samping tempat tidurnya sudah menunjuk ke angka delapan.
“Walah piye iki sudah siang banget, kenapa Mamah gak sadar ya? Pah bangun!” gerutu sang Mamah sambil menggoyang-goyangkan badan suaminya. Biasanya keluarga Kira bisa dengan otomatis bangun pagi, sekitar pukul empat pagi mamah Kira sudah bangun untuk menyiapkan semua sarapan Papah untuk bekerja dan Kira untuk Sekolah. Tapi tidak hari itu.
Kira yang sudah mandi dan berpakaian rapih memakai seragam sekolah, cepat-cepat berdandan. Ia memang senang berpenampilan rapi dan menarik. Kira melihat dirinya di cermin, cewek umur 17 tahun itu mempunyai wajah mulus berwarna sawo matang dengan rambut panjang bergelombang terurai serta mata yang sipit membuat mukanya tampak seperti orang Jepang, pas sekali dengan namanya yang ala keJepangan. Ketika semuanya sudah tampak rapi, Kira pun bergegas berangkat sekolah.
Hujan deras masih melanda, Kira pun ekstra persiapan dengan menggunakan jas hujan dan sepatu boot gak lupa payung cantik warna biru langit kesayangan Kira. Kira berangkat sekolah selalu menggunakan bis umum, letak komplek rumah ke halte bis tidak jauh karena berada di depan komplek.
Kira ekstra hati-hati saat berjalan ke luar rumahnya, Ia lihat air menggenang sampai mata kaki. “Duuh kenapa sih musim ujan terus? Dandanan gue kan jadi rusak nih..!” gerutu Kira. Ketika Kira sedang menggerutu ada sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya, mobil sport warna merah merk ferrari berhasil mengalihkan perhatian Kira. “Buset keren banget tuh mobil pasti yang punya orang ganteng!” tebak Kira. Kaca pintu samping mobil sport itu pun perlahan terbuka. Sosok lelaki muda kira-kira tiga tahun lebih tua di atas Kira pun muncul dari dalam jendela. “Sori, kamu tahu nggak klinik atau rumah sakit hewan di daerah sini?” tanya orang dalam mobil. Kira yang masih terpana dengan pesona orang dalam mobil itu, wajahnya yang berwarna hitam manis, mempunyai kumis tipis, beralis tebal, dan mempunyai rambut mohawk berhasil menarik perhatian cewek yang sekarang masih duduk di kelas dua sma itu.
“Mba, are you okay?” tanya orang itu keheranan. “Excuse me? Mba? Umur saya masih 17 tahun dan saya memakai seragam sekolah. Masa dibilang mba?” gerutu Kira kesal, Kira memang punya sifat jutek tiap bertemu orang baru yang belum terlalu dekat dengannya. Kira memang paling gak suka kalo ada yang memanggilnya dengan sebutan “mba” karena dia merasa sebutan itu terlalu tua untuk dirinya, pernah ada suatu kali orang yang sama-sama anak sma memanggilnya mba, Kira gak segan untuk mencubitnya sampai kulitnya membiru.
“Engg.. sori nama saya Ficky, saya orang baru disini dan saya gak tahu klinik hewan dimana. Saya bener-bener butuh banget info, karena kucing saya sedang sakit parah,” jawabnya dengan nada panik. Kira pun menilik ke dalam mobil melalui jendela, benar saja ada kucing anggora berwarna putih sedang tergolek lemas dalam kandang.
“Ada kok di sekitar sana agak jauh sih sekitar dua kilometer, nanti juga ada plangnya gede bertuliskan klinik hewan Mariana,” jawab Kira sambil menujukan arah jalan. Merasa Ficky benar-benar buta akan daerah tersebut akhirnya Ficky minta tolong Kira untuk masuk ke mobilnya dan mengantarnya. Merasa kasihan dengan Ficky dan kucingnya terpaksa dia bolos sekolah dan mengantarkan Ficky. Sebenarnya ini keuntungan buat Kira karena dia baru pertama kali naik mobil mewah apalagi ini Ferrari yang damn ada di film transformer 3, ini gak akan pernah Kira lupain seumur hidupnya, itung-itung sekalian amal juga.
“Sori nama kamu siapa? Maaf tadi gue manggil lo mba soalnya gue gak tau harus manggil apa hehe..” tanya Ficky sambil senyum kecil mencoba ramah. “Nama gue Kira Zumila, panggil aja Kira,” “Oke Kira salam nama gue Ficky Estellar biasa dipanggil Ficky, sori nih jadi ngerepotin lo abis gue panik banget kucing gue gak tau kenapa tiba-tiba sakit.” Ficky yang dianggap Kira tadinya cool taunya seorang cowok yang gampang panikan dan cengengesan. Kasihan Kira.
“Kira mau berangkat sekolah yah? Sekolah jam berapa? Nanti gue anterin abis ngurusin kucing gue di klinik hewan.”
“Masuk jam 7,” jawab Kira singkat. Ficky yang melihat arloji di tangan kirinya sudah menunjukkan pukul 8.30. Ficky merasa bersalah melihat cewek yang seharusnya sekolah malah ia minta buat nganterin ke klinik hewan. Ficky lalu melihat ke arah Kira, “Ngg..” Sebelum sempat bicara Kira seolah sudah tahu apa yang ingin dikatakan Ficky. “Gak apa-apa kok dari awalnya gue udah telat, jadi daripada nanti dimarahin sama Buk Evita yang super galak yaudah gue lebih baik nganterin kucing lo ke klinik sebelum akhirnya nanti kucing lo mati mengenaskan.”
Ficky lega karena cewek yang mengantarkannya ke klinik itu sama sekali gak marah. Ficky merencanakan mengajak Kira ke suatu tempat untuk membalas budi baik Kira. “Eh Ficky belok satu belokan lagi abis belokan kita bakal ketemu kliniknya,” “Ok!”
Gak lama setelah membelok mereka pun akhirnya menemukan klinik tersebut. Segera Ficky memasukan kucing kesayangannya itu ke tempat pemeriksaan hewan dan menemui dokter Mariana, “Dok gimana keadaan kucing saya? Si Cumi ga kenapa-napa kan?” tanya Ficky panik, disini terlihat jelas bahwa Ficky itu cowok terparno yang pernah Kira kenal. Kira pun hanya geleng-geleng kepala. Setelah beberapa saat dokter memeriksa, lalu Mariana pun memanggil Ficky. “Gak terlalu parah kok, nanti saya suntik terus kasih resep obat. Kucing kamu pasti akan segera pulih,” jawab Mariana lembut. Dokter Mariana memang terkenal lemah lembut dan bertangan dingin dalam menyembuhkan penyakit-penyakit hewan yang datang ke kliniknya. Dokter Mariana memang tidak terlalu cantik, tapi wajahnya manis membuat setiap orang yang melihat merasa sejuk. Mariana pun tidak terlalu tinggi, tingginya hanya 159 cm, badannya langsing, berkulit putih, dan berambut pendek. Walaupun umurnya sudah 34 tahun tapi wajahnya masih kelihatan berseri. Sudah lama Kira mengagumi dokter Mariana.
Sesudah menebus resep yang diberikan oleh dokter, Ficky dan Kira pun keluar dari klinik. “Syukur banget si Cumi gak kenapa-napa,” ucap Ficky lega. “Baguslah gue ikut seneng ngedengernya,” ujar Kira sambil mengelus si Cumi. Merasa aneh dan penasaran kenapa seekor kucing diberi nama Cumi, Kira pun bertanya, “Ficky lo ga salah yah? Masa kucing dikasih nama Cumi? Gak ada yang lebih bagus apa?” “Hehe banyak kok yang udah nanya gitu, kenapa yah mungkin Cumi itu gampang di inget!”
Kira masih keheranan, pikirannya tentang Ficky pun bertambah aneh selain parno ternyata Ficky juga mempunyai selera yang buruk terhadap nama. Tapi jika diperhatikan sebenarnya Ficky itu manis, Kira pun hanya tersenyum kecil sambil memerhatika Ficky sejenak. “Udah beres semua kan? Gue balik yah..” Kira berniat hendak meninggalkan Ficky dan Cumi, Kira hendak ke toko buku menaiki bus.
“Eittss.. jangan dulu pergi dong Ra! Gue teraktir makan yah? Gak enak masa udah ditolongin gak ngucapin makasih hehe,” bujuk Ficky agar Kira mau ikut dengannya. Kira pun berpikir sejenak, karena memang tadi pagi Ia sarapan hanya sedikit dan Ia pun melihat di jalan hujan masih tampak deras. “Ok yaudah deh gue mau.. tapi jangan salahin gue yah kalo gue makannya banyak! Sekalian juga gue mau ke toko buku,” “Hehe asal jangan satu restoran aja di abisin!” Mereka berdua pun kini sudah akrab.
Tiga bulan berselang Kira dan Ficky pun sudah akrab, saking akrabnya Kira dan Ficky seperti orang yang pacaran. Kira kini tidak perlu menunggu bus lagi di halte depan kompleknya, ada Ficky yang bisa jadi tebengannya, karena tempat kerja Ficky yang merupakan perusahaan ayahnya searah dengan sekolah Kira. Ficky memang tidak memilih tidak melanjutkan kuliahKira bangga setiap kali Ia tiba di gerbang depan sekolahnya itu, teman-teman melirik ke arahnya, karena Ia diantar menggunakan mobil sport mewah yang tidak ada seorang pun yang punya, bahkan kepala sekolahnya yang kaya itu pun tidak punya mobil sebagus milik Ficky. Kira pun tertawa kegirangan dalam hati sambil tersenyum lebar Ia pun masuk ke dalam sekolah.
“Cieee yang lagi lagi dan lagi dianterin pake mobil Ferrari, ikut doong gue..” ujar Catelina kepada Kira dengan tersenyum-senyum. Catelina adalah teman akrab Kira sekaligus teman sebangkunya yang bisa diandalkan. Catelina sangat baik karena selalu mau mencontekkan PR maupun ulangan kepada Kira. Kira tidak bisa membayangkan jika tanpa Catelina sohibnya itu, mungkin Kira gak bakalan bisa lulus ujian semesteran. “Eitss tidak bisaa.. Ficky itu cuma boleh nganterin gue, dan gak boleh ada siapapun ikut nebeng di mobilnya Ficky..hihihi,” ledek Kira sambil terkekeh.
Ketika Kira dan Catelina akan memasuki kelas, tiba-tiba seorang cowok tinggi berkulit putih dengan rambut berwarna hitam bermodel mirip Pierre vokalis band Simple Plan lewat di hadapan mereka berdua. Cowok itu emang gak asing bagi Kira, tetapi setiap Ryzia Estrella lewat di hadapan Kira, cewek bermuka Jepang itu selalu salah tingkah dan cengengesan sendiri. Kira memang sudah lama menyukai cowok yang berbeda satu tahun lebih tua itu. Setiap Ryzia bertemu dengan Kira, Ia pun selalu menebarkan senyum manisnya itu. “Hai Pagi Kira,” sapa Ryzia membuat Kira tambah salah tingkah. “Eh di sapa tuh! Kok diem aja?” ucap Catelina buru-buru menyadarkan Kira. “Eh ia Zi pagi juga hehe,” jawab Kira sambil memasang senyum lebar. Ryzia yang saat itu menggunakan headphone putih terlihat tampak begitu keren. Ryzia memang tidak cool seperti Ficky, tidak juga terlalu ganteng kayak artis Hollywood atau Korea. Zi begitu panggilan akrabnya termasuk cowok cuek. Tapi ada satu yang membuat Kira sangat tertarik untuk menjadi pacarnya yaitu senyum manisnya Zi yang selalu ia lihat setiap kali bertemu dengan Ryzia.
“Duuuh kapan gue jadi pacarnya ya? Ryzia itu manisss banget, kayak manusia dari negara mana gitu. Tuhan memang adil menciptakan cowok semanis dan sekeren Zi..” ujar Kira sambil senyum-senyum melihat Ryzia yang berjalan semakin jauh menuju ke kelasnya. Kelas Kira dan Ryzia memang cukup jauh, karena kelas dua dan kelas tiga berseberangan arah dipisahkan oleh lapangan yang letaknya di tengah sekolah.
“Husssh ngayal mulu pagi-pagi.. udah yuk ah t kelas, bentar lagi bel tuh. Besok lagi aja ngehayalnya,” ucapan Catelina langsung tiba-tiba membuyarkan khayalan Kira, “Ah elo Lin, ganggu aja orang lagi ngehayal..hehe.”
Saat pulang tiba, Kira dan Catelina yang sedang bersama keluar menuju gerbang kelas melihat mobil yang gak asing. Mobil dengan warna nge-jreng itu berhasil menarik perhatian dua cewek yang sedang asik bergosip tentang artis yang korupsi. Sosok yang sudah dikenal Kira pun keluar dari dalam mobil. “Ra anter gue yuk ke toko buku, gue mau minta saran nih!”
Kira yang masih kebingungan dan kaget melihat Ficky datang menjemput ke sekolahnya tidak lantas menjawab ajakan Ficky. “Eh lo kesini sengaja mau jemput gue Fick?” tanya Kira masih keheranan. “Yee tadi kan gue bilang.. gue mau minta anter ke toko buku! Ayo buruan!” ucap Ficky dengan nada tergesa. “Ngg.. gimana ya? Gue bingung..” Mendengar kata-kata Kira yang masih kebingungan, Ficky pun langsung menarik paksa tanga Kira, “Ayolah cewek imut gak usah pake lama ahh.. Eh cewek temen lo gue pinjem dulu ya,” ujar Ficky kepada Catelina. Catelina yang sama kebingungannya kayak Kira memilih membalas dengan senyuman kecil di wajahnya. Sementara Kira pasrah ditarik tangannya oleh Ficky.
Melihat kejadian aneh itu Catelina jadi menerka-nerka dan menerawang apa sebenarnya hubungan di antara mereka. Apakah lebih dari sekedar teman, lalu bagaimana dengan Ryzia. Memilih untuk tidak ambil pusing dengan masalah Kira dia hanya bisa diam sambil penasaran. Catelina memang sangat suka mencampuri urusan orang lain apalagi urusan cinta. Itulah kelebihan Catelina yang tidak dimiliki orang lain. Ia selalu ingin tahu.
Sesampainya di toko buku, fFicky lalu mengubek-ngubek isi toko tersebut. Ficky sebenarnya sudah lama ingin mengajak Kira ke toko buku, karena ia tahu bahwa Kira orang yang gemar sekali membaca terutama novel detektif. “Ra pilih satu dari tiga novel ini yang lo suka!” “Lho lo mau beli buku buat gue? Bukannya tadi ada yang mau lo beli ya? Kok jadi beliin gue sih?” tanya Kira dengan tampang polosnya lmembuat Ficky gemas. “Ih ngegemesin banget sih lo?? Boleh cubit gak?” “Lho? Ga boleh ini Cuma ada satu di dunia yang imutnya kaya gini..!” ujar Kira sambil menghindar dari cubitan Ficky. “Cepet nih ambil mau dibeliin gak? Lo kan pernah bilang suka novel beginian.. Yaudah mumpung ada disini gue deh yang traktir lo beli novel. Sebelum gue berubah pikiran nih...” ledek Ficky sambil melayang-layangkan ketiga novel itu depan muka Kira. “Eh eh tunggu dulu iya iya gue mau satuuu.. ada banget yang pengen gue beli dari bulan kemaren tapi kan mahal Fick harganyaaa.. Yakin lo mau beliin gue?? Jangan-jangan ada maksud tersembunyi lagi iya kaaaan?” tatap Kira pada Ficky dengan tatapan mencurigakan seperti adegan di film detektif.
“Gak kok suer gue Cuma pengen nraktir lo sehari aja kok, gak tau kenapa gue pengen beliin lo buku biar bisa jadi kenangan dari gue gitu hehehe,” ucap Ficky dengan muka tersipu manisnya. Kira pun lalu memilih buku yang sudah lama ingin ia beli, harganya memang mahal tapi tetap saja Ficky ingin membelikannya. Walaupun tidak enak hati dan kebingungan kenapa Ficky tiba-tiba ingin membelikannya novel, tapi dalam hati Kira ia sangat senang sekali rasanya seperti terbang ke langit ketujuh bisa mendapat novel best seller yang sudah lama diimpikannya. “Ficky makasihhh banget lo emang temen gue yang paling bae sejagad raya,” ujar Kira kegirangan sambil mencubit pipi kanan Ficky. Ficky hanya membalas dengan senyum.
Hari berikutnya Ficky pun menjemput Kira lagi sudah seminggu terakhir ini Kira sering dijemput Ficky. Catelina pun makin menambah kecurigaan pada hubungan Kira dan Ficky. Ada apa sebenarnya dengan Kira yang sehari-hari bilang dia dan Ficky hanya berteman. Catelina pun beraksi jadi detektif.
“Ra.. lo sebenernya pacaran kan sama si Ficky? Ngaku aja deh!” ucap Catelina sambil mengarahkan telunjuknya ke hidung mancung Kira. “Yeee sembarangan! Ya enggak lah sayaaang!” “Terus kenapa tiap hari si Ficky jemput lo?” Melihat ekspresi Catelina yang membingungkan, Kira sepertinya tahu Catelina cemburu terhadapnya. “Hayooo cemburu ya lo?? HAHAHAHA,” Kira malah mengalihkan pembicaraan. Kira sebenarnya tahu setiap Ficky datang ke sekolah, Catelina selalu saja memperhatikan Ficky dari jauh, memang benar nampaknya Catelin sedang jatuh cinta. “Hihihi ngaku aja deh lo suka kan sama Ficky!,” sekarang Kira balik bertanya. Muka Catelin langsung memerah mendengar ucapan Kira yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. “Wah mukanya merah tuh,” ledek Kira kegirangan.
“Yee dasar lo mengalihkan pembicaraan! Ayo cepet ngaku ada apa lo sama Ficky! Udah tau gue cembu...ru, Uppss,” Catelina kelepasan bicara sehingga dia gak sadar apa yang baru saja ia ucapkan. “Tuh kan! Gue udah tau dari lama lo suka sama Ficky lagi.. Nanti gue salamin deh sama Ficky eciyeee ciyee,” ejek Kira makin membuat wajah Catelina makin memerah seperti buah tomat. Sebenarnya ada yang Catelina gak tahu dari Kira sebenarnya. Setiap hari Minggu jika Kira dan Ryzia tidak ada kegiatan, mereka selalu pergi bersama kemana saja dengan motor gede warna biru yang selalu dibawa Ryzia tiap kali jalan bareng Kira. Memang tidak semewah dan sebagus mobil milik Ficky, tapi Kira merasa nyaman kalau dekat dengan Ryzia. Mereka sudah lebih dari sekedar teman sekarang. Tinggal satu tahap lagi mungkin Kira dan Ryzia akan menjadi sepasang kekasih.
“Hihihihi.. ada satu hal Na yang lo gak tau tentang gue,” kata Kira sambil tersenyum kecil. Catelina yang melihat wajah Kira yang tampak berseri itu membuat Catelina semakin penasaran dibuatnya.
“Fick kenapa sih lo jemput gue terus udah dua minggu ini? Lo gak punya temen yaa? Hihi,” ledek Kira yang sudah ada dalam mobil bersama Ficky. “Oh gak apa-apa kok gue seneng aja ngajak lo maen, sejak pertama kenal lo gue tau lo orang yang asik Ra hehe,” sebenarnya sudah lama juga Ficky mulai tertarik pada Kira. Itu yang menjadi alasan mengapa Ficky mau repot-repot mau menjemput Kira setiap hari ke sekolahnya. Hari ini adalah hari yang spesial buat Ficky.
“Okee karena gue orangnya baik, gue bakal ngebantu lo sebisa gue. Sekarang kita mau kemana nih?” “Rahasia.. pasti lo bakal suka deh!” “Ahh curang! Oia tadi dapet salam dari Catelina tuh kayaknya dia naksir sama lo.. deketin tuh temen gue,” ucapan Kira membuat Ficky kaget, sepertinya Kira belum tahu perasaannya terhadap Kira. “Oh gue itu emang banyak yang suka kali, di kantor aja staff-staff pada naksir HAHA,” jawab Ficky panik. Sebenarnya Kira memang tidak tahu soal perasaan Ficky terhadapnya, Ia hanya menganggap Ficky adalah teman atau kakak karena ia lebih tua dari Kira. Kira pun tidak mau tahu soal perasaan siapapun, karena bagi Kira, Ryzia lah yang dia suka selama ini. Hanya Ryzia yang ada di pikiran Kira.
Setelah dua jam akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, hari itu hari sudah sangat sore. “Ra lo tutup mata yaa perjalanan kali ini ada kejutannya,” Ficky sambil tersenyum memberikan penutup mata pada Kira agar kejutan yang Ia ingin berikan menjadi berkesan. “Gak mau ah! Takut gue lo macem-macem nanti pas gue tutup mata, nanti lo ngelemparin ular ke muka gue gimana? Lo kan suka iseng Fick.. ogah ah ogah,” tolak Kira sambil mengibaskan tangannya tanda ia tak mau. “lucu banget yah lo gak mungkin lah gue ngelempar ular ke muka lo. Gue iseng tapi ga sejahat itu juga kan Raa.. ayo buruan pake!” Dengan paksaan dari Ficky akhirnya Kira mau memakai penutup mata. Tadinya Kira ingin tetap menolaknya, tapo karena Ia dan Ficky sudah berteman baik, Kira jadi menuruti apa kata temannya itu.
Kira merasa ada suara ombak laut menderu di telinganya, angin yang berhembus begitu segar menerpa kulitnya. Walaupun angin terasa begitu kencang, tapi Kira tidak merasa kedinginan. Ia justru merasa hangat. Suara burung camar pun terdengar samar di tengah suara ombak yang begitu kuat. Ia tahu Ia sedang berada di sebuah pantai. “Kita di pantai ya Fick?” tapi Ficky hanya terdiam sengaja ingin membuat Kira penasaran.
Mereka berdua pun menghentikan langkah, pertanda sudah berada di tempat yang Ficky ingin perlihatkan kepada Kira. “Buka cepet penutup matanya,” ujar Ficky. Perlahan Kira membuka penutup matanya. Setelah itu ia lihat hamparan laut yang begitu luas tepat dihadapannya. Ternyata benar Ia sedang di pantai. Begitu indah sehingga membuatKira tersenyum lebar. Lalu ia melihat ke arah Ficky yang berada di sebelahnya. Terlihat istana pasir yang cukup besar tepat di samping Ficky. Di bawah istana nampak kilauan cahaya lilin yang banyak, cahaya lilin itu terlihat indah berbarengan denga tenggelamnya matahari. Di dalam kumpulan lilin itu terselip lilin bercahaya warna-warni yang membentuk kata “I LOVE U”. Mata Kira membesar, terlihat raut wajah Kira tak percaya. Tangannya pun menutupi mulutnya yang tak bisa ia tahan untuk terbuka. Kira tahu ini seperti di dalam film-film cinta. Kira tahu ada yang berbeda disini.
Ficky hanya tersenyum hangat melihat ekspresi terkejut Kira. Inilah yang dimaksud Ficky sebagai kejutan. Ekspresi terkejut Kira-lah yang ia tunggu sejak tadi.
“Bagus kan Ra.. hehe, sori bikin lo kaget. Pasti bingung yah?”
“Ini buat siapa? Buat gue?”
“Iya Ra gue sebenernya udah lama suka sama lo. Dan ini hari ulang tahun gue. Sengaja gue bikin siapin ini buat lo, gue pengen nunjukin perasaan gue sebenernya ke lo Ra..”
“Becanda nih.. gak mungkin seorang Ficky suka sama Kira hahaha, gak lucu ah Fick!”
“Serius ini beneran Ra gue bener sayang sama Kira Zumila, cewek riang, lucu juga nyebelin. Itu yang bikin lo beda sama cewek laen Ra..”
Kira tidak menyangka ternyata Ficky bisa jadi seromantis ini dalam urusan cinta. Dalam hatinya Kira senang mendapat hal yang romantis seperti ini. Tapi hal-hal romantis ini dia harapkan dari orang lain yang Ia suka. Kira punmulai bingung, ini ulang tahun Ficky tentu menjadi hari yang sangat penting baginya. Kira tidak mau merusak hari Ficky, tapi Ia juga tak bisa menerima cinta darinya. Karena ia tahu yang ia suka hanya satu.
Ficky mendekat ke arah Kira yang masih kebingungan bagaimana membalas pernyataan cinta yang mendadak ini. Ficky mendekat lalu memegang kedua tangan Kira. “Ra gue sayang sama lo, gue sayang lo karena gue tau lo emang punya sesuatu yang beda dari kebanyakan cewek laen,” pegangan terhadap tangan Kira pun semakin erat.
Namun Kira melepas genggaman tersebut, Kira tahu ia tidak bisa membalas perasaan Ficky. Ficky yang menerima perlakuan tersebut hanya bisa menatap Kira sedih. “Ngg.. sori Fick gue tahu ini hari spesial buat lo, ini juga hari ulang tahun lo, gue gak mau ngecewain lo pada hari ini.. tapi sori banget gue gak bisa ngebales perasaan lo ke gue,” Kira pun memantapkan dirinya untuk menolak Ficky. “Walaupun gue gak bisa terima pernyataan lo itu, tapi gue tetep harus percaya semua kejadian hari ini. Thanks ya Ra, gue cuma pengen ngelakuin sesuatu yang indah sebelum saatnya tiba,” ucap Ficky berusaha tersenyum walaupun perasaannya sakit. Kira aneh mendengar jawaban Ficky seperti orang yang ingin pergi jauh. Tapi Kira menahan diri untuk bertanya tentang jawaban yang aneh tersebut.
Esok harinya tidak ada lagi Ficky yang menjadi tebengan atau menjadi jemputan, tidak ada lagi yang mengajaknya main kemana-mana. Kira merasa bersalah, tapi Ia tahu mungkin Ficky sedang sibuk dengan pekerjaan. Tanpa mau berpikir yang macam-macam tentang Ficky, Ia berusaha fokus pada orang yang disukainya Ryzia. Hari minggu ini rencananya Ryzia dan Kira akan pergi nonton film detektif. Kira pun tidak sabar menunggu hari tersebut.
Hari Minggu pun tiba. Kira yang sudahberdandan rapi menggunakan dress berwarna biru langit kesukaannya. Ryzia menggunakan t-shirt dan dan sweater berwarna putih dengan jeans berwarna hitam. Mereka tampak serasi. Namun, hari itu Ryzia tidak membawa motornya, tetapi membawa mobil avanza milik ayahnya yang berwarna hitam.
Setelah dua jam menonton. Kira dan Ryzia keluar dari bioskop, seperti biasa Kira jika sudah menonton film ia pasti bercerita dengan fasih kepada siapapun yang menemaninya tidak terkecuali Ryzia. “Zi sumpah ni film keren bangeeeet, kamu tahu gak tadi tuh aktornya bisa banget dalemin perananya.. aku kasih rating 1000 deh buat aktornya..!” ujar Kira menggebu-gebu pada Ryzia. Ryzia hanya bisa tersenyum-senyum melihat wajah Kira yang penuh semangat. Menurutnya Kira ketika seperti itu terlihat manis. Mereka pun berjalan menuju restoran untuk makan malam.
Ryzia menyewa ruangan privat hanya untuk dua orang sehingga tidak ada yang mengganggu makan malamnya dengan Kira. Meja dihiasi lembaran-lembaran bunga mawar membuat aroma di sekitar meja menjadi wangi bunga. Lampu-lampu berlian menghiasi empat sudut di dalam ruangan. Membuat ruangan tampak redup, membuat suasanan menjadi romantis. Suasana makan malam sangatlah mewah untuk seumuran anak sma.
Ketika mereka berdua sedang menikmati steak yang dihidangkan, tiba-tiba lampu mati perlahan. Kira kaget tapi tidak dengan Ryzia karena ia yang merencanakan semua ini. Tiba-tiba di salah satu sudut tembok dalam ruangan muncul suatu rekaman video, ruangan tersbut memang ada tempat untuk memutar video seperti di bioskop. Dalam video itu terekam kegiatan-kegiatan Ryzia, yang sedang mengumpulkan sesuatu untuk Kira. Dia bersama temannya lalu punya ide untuk merekam Ryzia untuk memperagakkan suatu bentuk yaitu kata “I LOVE YOU”. Dengan editan video yang sangat bagus, pesan yang ingin diucapkan kepada Kira pun tersampaikan.
Kira sudah menunggu momen seperti ini dari Ryzia, Ia tidak menyangka bahwa akan seromantis ini jadinya. Bahkan lebih romantis dari kejutan yang diberikan Ficky. Kira menahan tangis bahagianya karena momen ini. “Zi ini semua.. buat aku?” “Ra mau gak jadi jadi pasangan aku? Aku sayang sama kamu Ra..” mendengar kata-kata itu dari Zi, Kira tidak percaya. Tapi Ia harus percaya bahwa sekarang Zi ada dihadapannya. Tanpa memikirkan apa-apa lagi Kira lalu menerima perasaan Ryzia itu.
Sebulan sudah berlalu, Kira dan Ryzia pun semakin dekat setiap harinya. Catelina pun semakin sibuk dengan buku-buku dan majalah entah apa yang sedang dilakukannya. Sementara tidak ada kabar apapun mengenai Ficky. Kemana Ficky, semenjak menyatakan cinta terhadap Kira Ia tidak pernah muncul lagi di hadapan Kira. Apakah Ficky marah, Kira sendiri pun tidak tahu. Yang Kira harapkan saat ini adalah masih bisa berteman baik dengan Ficky.
Kira memutuskan untuk mengunjungi rumah Ficky diantar motor Ryzia sepulang sekolah. Berbekal kartu nama yang diberikan oleh Ficky, Kira dan Zi pun pergi ke kantor tempat Ficky bekerja. Tapi sesampainya di kantor berita mengejutkan sampai ke telinga Kira. Sudah sebulan ini Ficky firawat di rumah sakit karena tumor otak. Kira dan Zi langsung melesat munuju rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit Kira dan Ryzia mendapati Ficky sedang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur. Tubuhnya bertambah kurus semenjak terkahir kali Kira melihatnya. Rambut mohawk miliknya pun kini sudah tercukur habis. Kira tak sanggup menahan tangis ketika melihat teman baiknya yang selama beberapa bulan ini menemaninya sekarang harus dirawat karena tumor otak. Sekarang Kira mengerti kenapa Ficky bilang dia hanya ingin melakukan sesuatu sebelum saatnya tiba.
Kini Kira merasa bersalah tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kira merasa bersalah tidak bisa menemani Ficky sampai Ia dirawat di rumah sakit. Pantas saja Ficky selalu ingin ditemani kemanapun Ia pergi ternyata Kira adalah orang yang berharga untuk Ficky. Andai saja Kira bisa memutar waktu.
Ketika Kira sedang menangis, tiba-tiba Ficky tersadar dan melihat sosok cewek yang gak asing bagi matanya yang setengah kabur itu. Tapi Ficky heran kenapa cewek itu menangis. “Ra? Kira ya? Udah lama gak ketemu lo..” ujar Ficky dengan suara serak. “Fick, lo sadar? Iya ini Kira.. kenapa lo kayak gini Fick?” tangis Kira semakin tak terbendung. “Oh ini biasa aja lagi Ra bentar lagi juga sembuh hehe,” Ficky berusaha meyakinkan Kira agar gak sedih.
Kata dokter hidup Ficky mungkin gak lama lagi karena tumor itu sudah terlalu lama dibiarkan dan sudah mencapai stadium akhir. Dokter sudah berusaha untuk menghilangkan tumornya tapi tetap tidak bisa.
“Gak apa-apa lagi Ra, gue emang udah lama kok kaya gini.. sori ya gak pernah ngasih tau lo sebelumnya. Oia itu siapa?” melihat cowok disamping Kira membuat Ficky penasaran. Mungkin cowok itulah yang membuat cintanya ditolak. “Ini Ryzia dia satu sekolah sama gue,” Ryzia pun lalu mengulurkan tangannya pada Ficky. “Jaga cewek cerewet itu buat gue ya bro! Dia itu cewek langka,” ucap Ficky berusaha menyampaikan pesan kepada Ryzia agar bisa seterusnya menjaga Kira. Ryzia tahu pasti ada hubungan tertentu antara Kira dan Ficky. Mungkin lebih dari sekedar teman.
“Ra thanks yah selama ini lo udah mau nemenin gue kemana-mana, nemenin si Cumi ke klinik. Jaga diri lo baik-baik. Jangan sampe sakit kayak gue. Pokonya tetep ceria kayak biasanya yaa. Jangan nangis gitu ah jelek banget lo kayak doraemon,” Kira hanya membalas ledekan itu dengan senyum. Kira masih merasa bersalah saat itu. Kira memegang tangan Ficky erat-erat. Berdoa agar Ficky cepat sembuh dan bisa bermain lagi dengannya dan Catelina. Pokoknya harus sembuh.
Ficky melepaskan tangan Kira. Ia tahu bahwa itu akan semakin sulit buatnya untuk meninggalkan Kira. Yang membuatnya senang adalah sudah bisa melihat Kira di hari-hari terakhirnya. Kira cewek yang menurutnya langka, bisa ia rasakan lagi kehadirannya. Ficky pun perlahan menutup mata dengan tersenyum.
Tak menyangka itu akan jadi hari terakhir untuk Kira melihat Ficky di dunia. Alat pendeteksi jantung pun terlihat dalam garis lurus. Kira memeluk Ryzia tidak kuat menahan sedihnya ditinggal teman baik. Ficky yang dikenalnya dengan tiba-tiba di jalan dekat rumahnya harus pergi dengan tiba-tiba dengan hal yang tak terduga.
0 comments
No Rude Words, Please ^^