Potret Sisi Jalan

Kehidupan di sisi jalan memang selalu menarik untuk disimak. Ada saja hal yang unik menarik perhatian. Sisi jalan yang biasanya digunakan pengguna jalan sebagai trotoar, bagi sebagian orang bisa juga dijadikan sebagai tempat untuk memperoleh rezeki.

Hal-hal seperti Pedagang Kaki Lima atau yang bisa disebut PKL, Gelandangan dan Pengemis atau yang biasa disingkat dengan Gepeng, pelukis jalanan, pengamen dan lainnya tentu sudah tak asing di mata kita sebagai warga Indonesia apalagi yang hidup di kota besar pasti banyak menemukan hal seperti itu ketika sedang berjalan di trotoar.

Kehidupan sisi jalan hanyalah sebagian kecil dari potret kehidupan bangsa Indonesia yang katanya sudah "merdeka", namun pada kenyataannya masih banyak rakyat kecil yang terus terpuruk dan tidak diperhatikan nasibnya.

Ketika diwawancara para PKL dan pelukis jalanan sebenarnya tidak ingin menggunakan trotoar ini sebagai tempat berwirausaha. Karena tidak mudah untuk bisa berjualan di sisi jalan, selain harus berlindung dari teriknya matahari atau derasnya air hujan mereka juga harus berhadapan dengan para petugas yang sering melakukan pembersihan jalan dan kadang bertindak kasar.

Terbatasnya lahan untuk mereka berjualan, membuat mereka terpaksa memakai sisi jalan untuk mengais rezeki demi mempertahankan hidupnya sehari-hari. "Bukannya kita membandel jika ada petugas yang melakukan pembersihan, namun jalanan inilah satu-satunya tempat untuk kita mendapat lembaran rupiah untuk mempertahankan hidup," ujar Mandala seorang pelukis jalanan di daerah Kebun Raya Bogor.

Rata-rata yang berjualan di jalanan ini hanya berpendidikan paling tinggi antara SD atau SMP, lalu ada juga yang berjualan karena sudah turun-temurun dari keluarga. Mereka sama sekali tidak mempedulikan soal tempat yang kecil atau kotor, yang terpenting bagi mereka, bagaimana cara mereka bisa hidup di zaman yang makin sulit ini.

Ironi, ketika melihat anak-anak yang seharusnya masih bersekolah di pendidikan dasar. Kira-kira berumur tujuh tahun, pagi-pagi sekali sudah mengamen dalam angkutan, dimana Ia harus bertahan dengan dinginnya udara pagi hari demi mencari pundi-pundi rupiah, disaat anak-anak lain sedang senang belajar di sekolah atau senang bermain dengan temannya. Ketika kakek tua renta hanya duduk diam di sisi jembatan, menunggu seorang berbaik hati memberikan satu atau dua koin milik mereka.

Lagi-lagi pemerintah harus lebih terbuka untuk lebih peduli dan menumbuhkan rasa empati terhadap warganya yang kurang mampu. Dengan memberikan lapangan pekerjaan yang lebih luas dan biaya pendidikan gratis agar anak bangsa ini lebih cerdas dan tidak ada lagi kehidupan di jalanan yang tidak layak.

Kita sebagai masyarakat yang lebih mampu juga agar selalu memperhatikan sesama agar saudara-saudara kita bisa sama-sama merasakan kehidupan yang lebih baik tidak lagi di sisi jalanan yang dingin jika cuaca sedang hujan dan panas ketika cuaca sedang kemarau.

Dibutuhkan kerja sama dari semua elemen masyarakat untuk memberantaskan kemiskinan yang ada di Indonesia. Agar Indonesia tak lagi hanya jadi negara berkembang tapi bisa menjadi negara maju dengan anak-anak bangsa yang lebih cerdas sebagai penerus tanah air tercinta ini.




You Might Also Like

0 comments

No Rude Words, Please ^^