Surat Kecil untuk Presiden



Di bawah sorot lampu redap yang menyinari, di saat kondisi tubuh yang tak terkendali. Aku menyempatkan diri menuliskan surat kecil ini untuk sang pemimpin negara. Surat ini bukan berisi komentar pedas ataupun hinaan untuk sang pemimpin. Tetapi lebih kepada mengajak. Mengajak untuk merenungkan dan memikirkan kembali kesejahteraan nasib rakyat di negara ini, terlebih lagi nasib rakyat yang tercekik akan kenaikan suatu bahan bakar minyak.

 Semenjak dicetuskan pada 1 Juli lalu, bahan bakar minyak bersubsidi untuk rakyat mengalami kenaikan harga. Tak lama kemudian, harga berbagai kebutuhan pokok pun ikut merangkak naik. Hal ini mungkin tak terlalu berpengaruh pada golongan rakyat elit namun setiap hari ku melihat, ku mendengar dan ku rasakan hal ini sangat berdampak negatif bagi kami (para rakyat golongan menengah kebawah).

Kenaikan yang sangat teasa olehku sebagai pelaku pendidikan adalah naiknya harga baku kendaraan umum. Tak bisa dihindari apalagi dijauhi, tarif angkutan umum di daerahku naik berkali-kali lipat. Jujur saja, aku setiap harinya menuju perkuliahan yang masih berjangka satu setengah tahun lagi ini menggunakan angkutan umum. Jika sebelum bahan bakar minyak naik aku hanya butuh sekitar Rp 12.000 PP, namun kini saya butuh kurang lebih Rp 18.000 PP. Hal tersebut sangat mencekik kondisi keuangan saya dan keluarga saya, mengingat saya masih belajar dan belum memiliki pekerjaan tetap hal ini sungguh terasa berat.

Mungkin beban saya tak terlalu berat jika dibandingkan orang-orang yang setiap harinya bekerja serabutan untuk mengidupi keluarga mereka. Misalnya saja tukang parkir yang ada di pasar-pasar tradisional.atau kuli angkut. Bagaimana mereka bisa tahan menghadapi tekanan ekonomi yang kini terjadi? Tuhan memang memiliki rencana tak terduga untuk setiap kaumnya dan tidak memberi cobaan melebihi batas kemampuan kaumnya, namun sebagai pemimpin juga memiliki tanggung jawab penuh terhadap nasib rakyat di negaranya.
Kondisi yang terjadi saat ini di negara ini atau mungkin yang ada di dalam pandangan saya adalah yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Apakah saya salah?


Pikirkanlah nasib generasi-generasi muda penerus bangsa. Apakah akan dibiarkan terus menerus seperti ini?

You Might Also Like

3 comments

  1. tumben, serius banget postingannya --a

    BalasHapus
  2. karena ini masalah penting buat rakyat Indonesia termasuk emak gue, bokap gue dan gue sendiri yang ngalamin :((

    BalasHapus

No Rude Words, Please ^^