Manusia Makhluk (Media) Sosial



“Punya teman kok kayak begitu sikapnya, ih ji*** banget!” umpat si X di status BBM-nya.

“Halah kelakuan sok bener, sok-sokan ikut campur urusan orang,” ketus si B di akun Twitter miliknya yang baru dibuat dua tahun lalu itu.

“Untuk apa meminta bantuan saya,” tulis si C dalam akun Facebook miliknya.



Dampak media sosial yang begitu luas menjadikan manusia kini kecanduan menggunakan jejaring sosial sebagai sarana bersosialisasi terhadap manusia lainnya, dibandingkan harus bertatap muka langsung dengan lawan bicara.

Kecanggihan teknologi saat ini tak dipungkiri membuat manusia mengalami kemudahan, termasuk mudah “mengumpat” sebagai tanda mengekspresikan kekesalannya terhadap seseorang atau sekelompok orang. Memang bukan hal yang salah, kini semua manusia modern melakukan hal tersebut. Namun tanpa disadari mengumpat atau memaki lawan bicara di media sosial bukanlah hal yang baik. Masalah yang awalnya hanya berupa masalah antara dua orang, bisa menjadi luas dan diketahui khalayak ramai seketika. Kenapa? Karena didalam akun media sosial yang kita miliki, kita memiliki banyak teman yang akan seketika melihat postingan atau status yang kita unggah. Teman yang tertarik kemudian akan di share ke dalam akun miliknya sehingga teman dari teman kita tersebut otomatis akan melihat postingan kita padahal kita sama sekali tidak mengenal teman dari teman kita tersebut, dan begitu seterusnya.

Sungguh sangat disayangkan, apabila orang yang berpendidikan dan memiliki pergaulan luas ini menggunakan fasilitas internet hanya untuk mendapatkan perhatian dari kata-kata kasar yang dilontarkannya di media sosial miliknya. Kata-kata keji dan hina yang sengaja maupun tidak disengaja dikeluarkan dengan mudahnya tanpa memikirkan perasaan orang yang ditujukan kata-kata tersebut, sangatlah tidak pantas terlebih lagi dilihat banyak orang. Jika orang yang merasa tidak enak dengan hinaan kita di media sosial, bisa saja dia melaporkan ke pihak berwajib dengan laporan “mencemarkan nama baik”.

Lagipula mencela di media sosial itu sangat merugikan, meskipun kita tidak tahu respon secara langsung dari orang yang dihina, tapi tali silahturahim jadi terputus gara-gara emosi sesaat. Dari pengalaman yang saya dapat, orang yang sudah menghina di media sosial, akan sulit meminta maaf dengan orang yang sudah dihinanya meski dia merasa bahwa dia telah menyadari kesalahannya. Hal ini sesuai dengan pendapat teman saya bahwa “Gengsi membutakan perasaan”. 

Ya itulah manusia, memiliki keunikan, kekurangan, dan kelebihannya masing-masing. Setiap individu sudah memiliki haknya masing-masing untuk melakukan tindakannya.

Saya hanya ingin mengajak teman-teman sekalian mari kita bijak menggunakan internet terutama media sosial yang dekat dengan kita sehari-hari. Jika bermasalah dengan temanmu, selesaikanlah segera secara pribadi bukan diumbar ke media sosial dan ingin mendapat perhatian.



Yuk semangat lakukan gerakan internet sehat :D

You Might Also Like

1 comments

No Rude Words, Please ^^