Kenapa saya sebut kaleng berjalan? Itu sebenarnya hanya opini saya pribadi untuk menyebut kendaraan bernama Kopaja. Karena jika masuk ke dalamnya, hanya berupa lempengan besi yang dibentuk menjadi sebuah ‘kendaraan’. Dilengkapi beberapa bangku penumpang dan satu untuk supir. Meski keadaannya begitu, kopaja masih diminati lantaran jarak tempuhnya yang jauh, melewati jalur strategis dan ongkos yang relative murah.
Ada kejadian unik yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kejadian ini saya lihat setelah selesai melakukan survey kos-kosan di daerah kampus Binus. Ketika akan menuju Taman Suropati yang berlokasi di sekitar Sarinah (saya lupa tepatnya) melewati jalan Palmerah, lanjut Slipi, Tanah Abang, hingga akhirnya sampai di Sarinah, Jakarta Pusat.
Saat melewati jalan Slipi, saya melihat sebuah Kopaja dengan warna khasnya yakni hijau-putih sedang melintas di jalan. Saya dan neko saat itu sedang berkendara menggunakan motor, dari jalan yang berlawanan arah dari jalan kami ada sebuah kopaja yang sedang berjalan menuju ke arah yang kebetulan sedang macet.
Mulanya kopaja berjalan seperti biasa membawa banyak penumpang, sore itu saya lihat penumpangnya cukup penuh sehingga ada penumpang yang harus berdir. Namun kejadian yang tak terduga itu terjadi…
Ketika mendekati area macet, saat itu banyak mobil pribadi dan sepeda motor yang saling berdesak-desakan, saling mendahului karena terburu-buru sebab saat itu sedang malam minggu, kopaja dengan ajaibnya memutar arah padahal jelas di bagian tengah jalan ada separator hitam-putih yang memisahkan jalan. Kopaja dengan hebatnya ‘melompati’ pembatas jalan yang ada di tengah. Wow!
Sepengelihatan saya separator jalan itu memiliki tinggi 3-5 meter dari permukaan jalan, namun tetap dengan tekad nekat sang supir demi terhindar kemacetan, ia melewati secara paksa separator tersebut. Untung saja jalan yang sebelah, dimana saya dan neko berada sedang kosong hanya beberapa motor saja yang lewat.
Otomatis, neko dengan cepat menghentikan laju motornya karena tidak menyangka kopaja akan nekat loncati separator.
Lucu sekali, itu kali pertama saya melihat tingkah kopaja seperti itu. Tak sengaja saya melihat salah seorang penumpang kopaja loncat, seorang ibu-ibu yang duduk dekat dengan pintu kopaja, ia terlihat memejamkan matanya. Mungkin ia juga terkejut dengan aksi sang supir. Sambil memejamkan mata mungkin si ibu berdoa di dalam hati, “Semoga kopajanya tidak terguling”.
Terkejut sekaligus lucu, pemandangan sore itu. Setelah kopaja berhasil lewat dan tidak terguling, ia pun kembali berjalan seperti biasa. Saya dan neko pun kembali melajukan motor kami dan bergegas menuju Taman Suropati sebelum hari menjadi lebih gelap.
0 comments
No Rude Words, Please ^^