Berjuta Warna di Sawarna

Sawarna Banten

Indonesia negara yang lebih luas daerah perairan dibanding daratan selalu memiliki pesona alam yang menakjubkan, tidak salah negeri ini mempunyai julukan “tanah air”. Indonesia yang mempunyai beribu pantai, selalu menarik perhatian pengunjung dari mancanegara untuk mengadu adrenalin dengan derasnya arus ombak laut ataupun hanya sekedar menghitamkan kulit di bibir pantai.

 Desa Sawarna suatu desa di Pantai Selatan, Kabupaten Lebak, Banten adalah salah satu objek pariwisata yang sering dikunjungi oleh turis mancanegara dan sudah lama menjadi buah bibir. Walaupun terletak di desa terpencil, Sawarna memiliki segudang objek wisata mulai dari pantai dengan barisan batu karang yang menjulang seakan memamerkan kemegahannya, bukit-bukit yang dikelilingi persawahan, sampai goa eksotik semua terdapat di dalam satu desa.

Gradasi warna biru langit, putihnya pasir pantai, hijaunya pepohonan, membuat Sawarna seakan memiliki berjuta warna yang menghiasi desa dan membuat pengunjung yang datang enggan meninggalkan desa yang tidak luas ini. Ramahnya warga, penduduk dengan senyum ceria, senda gurau penuh keakraban akan mudah ditemukan ketika sedang berjalan-jalan megelilingi desa. Rumah penduduk masih sederhana dengan ukuran sekitar 10x10 m yang terbuat dari bambu.  

Hangatnya sinar mentari pagi, sejuknya udara desa, keindahan pesawahan yang tertata rapi, ditambah pesona bukit-bukit yang berbaris sekitar desa membuat tubuh mendapatkan kesegaran yang lebih dari biasanya.

Suasana pantai yang masih “perawan”  menjadikan pantai Sawarna seperti milik pribadi. Dengan ombak yang menderu-deru sepanjang pantai dan batu karang yang menjulang sekitar pantai akan menghipnotis siapapun yang datang ke pantai. 

Di pinggir pantai terdapat banyak kulit kerang aneka warna yang terbawa arus ombak, kepiting-kepiting kecil berwarna merah menambah lengkap suasana pantai yang sesungguhnya. Oh indahnya hidup!
Di dalam bukit tidak kalah indahnya dengan daerah pantai. Hijaunya peopohonan dan areal sawah yang sangat luas, membuat daerah ini masih natural tidak banyak terjamah oleh tangan manusia. Untuk masuk ke dalam bukit pun hanya ada jalan setapak yang berliku dan menanjak. Jika lelah, bisa beristirahat sejenak di dalam saung yang dibuat oleh petani sekitar ditemani oleh sedapnya air kelapa yang diambil langsung dari pohonnya. Pohon kelapa akan banyak dijumpai sepanjang jalan di dalam bukit, pohon ini kebanyakan tidak ada pemiliknya sehingga bisa dengan sesuka hati mengambil kelapa yang ada asal minta permisi dahulu pada warga sekitar.

Lelah, panas, dan berkeringat selama menaiki bukit akan terbayarkan dengan pemandangan Lagun yang tiada duanya. Lagun Sawarna adalah bagian dari pantai Sawarna, namun untuk bisa sampai ke Lagun pengunjung harus mengitari perbukitan. 

Tidak sampai disitu keindahan yang tersembunyi di Sawarna, di daerah bukit terdapat Goa yang memang merupakan salah satu objek wisata, yakni Goa Lalay. Untuk memasuki Goa ini pengunjung harus disertai dengan pemandu, bisa menyewa pemandu luar ataupun orang dalam desa Sawarna. Di dalam Goa, pengunjung harus rela berbasah-basah ria karena di dalamnya tergenang air yang cukup dalam. Selain disertai oleh pemandu pengunjung disarankan membawa senter agar bisa melihat di dalam goa yang gelap.

Ketika sampai di dalam, pengunjung akan disuguhkan dengan cantiknya stalakmit-stalakmit yang terbentuk. Stalakmit-stalakmit tersebut ada yang berbentuk seperti patung. Di dalam goa pun terdapat goa yang lebih kecil namun tidak bisa dimasuki karena menjadi sarang para kelelawar yang sudah lama mendiami daerah tersebut. Pengunjung harus ekstra hati-hati saat berjalan dalam goa, karena jalanan tidak seimbang dan juga terdapat pijakan batu keras yang mampu melukai telapak kaki manusia.

Daerah goa cukup dalam, semakin dalam pencahayaan akan semakin berkurang namun pemandangan akan semakin menakjubkan ketika memasuki daerah yang lebih dalam lagi. Berlibur di desa Sawarna merupakan pengalaman yang tidak bisa digambarkan oleh kata-kata.


Pemandu kecil
Tubuhnya kurus, kulitnya berwarna gelap dan rambut yang berwarna merah pertanda ia sering terkena sinar matahari dan hidup diluar rumah, matanya yang sayu terlihat ia jarang tidur nyenyak di saat malam, ia adalah Topan. Anak berumur 12 tahun dari Sawarna yang sering memandu para turis mengelilingi desa.

Topan sering memandu para turis ketika para pengunjung tidak mengetahui kemana arah objek wisata yang dituju. Topan dan teman-temannya biasa memandu para turis dengan memintanya dari belakang, ketika pengunjung mulai kebingungan saat itulah Topan muncul menawarkan bantuan untuk memandu jalan. 
 
Topan memang sering melakukan kegiatan ini, memandu para turis yang ingin berkeliling melihat keelokan Sawarna. Topan pun menawarkan jasa yang unik dengan memandu para pendatang melewati jalan pintas yang tidak biasa digunakan oleh pemandu lainnya. Ia menawarkan jalan pintas sebagai alternatif agar bisa cepat sampai ke tempat tujuan, Topan hapal betul jalan-jalan yang ada di desa ini, daerah bukit maupun pantai semua sudah ia ketahui.

Sebenarnya Topan bukanlah anak asli desa Sawarna, ia pun hanya pendatang, kota asli Topan sebenarnya ialah dari Bandung. Sudah beberapa tahun lalu Topan tinggal di desa Sawarna bersama pamannya. Ia dititipkan ibunya di desa ini karena sang ibu harus bekerja sebagai buruh cuci di Bandung. Walau sedih berpisah dengan sang ibu, namun lama-kelamaan Topan menjadi terbiasa dengan keadaannya sekarang ini.
“Saya sih sebenarnya merasa sedih ditinggal ibu, tapi sekarang sudah betah tinggal disini jadi pemandu turis,” ucapnya sambil tersenyum ceria.

Tidak pernah ada yang mengajarkan Topan sebagai pemandu wisata Sawarna. Kegiatan itu ia lakukan atas motivasinya sendiri. Walaupun tidak bersekolah, Topan sangat fasih berbahasa Indonesia sehingga memudahkan para turis mengerti ucapannya. 

Kegiatan memandu ini secara sukarela ia lakukan, Topan tak mengharap imbalan apapun dari memandu para turis. Namun ia mengaku, sering mendapat upah dari setiap perjalanan memandunya itu. Pendapatannya terbilang lumayan, setiap perjalanan Topan bisa mendapat sekitar Rp. 25.000 – Rp. 50.000. namun kadang ia tak mendapat sepeser pun.

Topan berharap semakin banyak turis yang datang ke desa Sawarna agar ia bisa mendapatkan penghasilan yang nantinya dipakai untuk bisa bertemu sang ibu nan jauh disana.

Tidak pernah ada yang mengajarkan Topan sebagai pemandu wisata Sawarna. Kegiatan itu ia lakukan atas motivasinya sendiri. Walaupun tidak bersekolah, Topan sangat fasih berbahasa Indonesia sehingga memudahkan para turis mengerti ucapannya. 

Kegiatan memandu ini secara sukarela ia lakukan, Topan tak mengharap imbalan apapun dari memandu para turis. Namun ia mengaku, sering mendapat upah dari setiap perjalanan memandunya itu. Pendapatannya terbilang lumayan, setiap perjalanan Topan bisa mendapat sekitar Rp. 25.000 – Rp. 50.000. namun kadang ia tak mendapat sepeser pun.

Topan berharap semakin banyak turis yang datang ke desa Sawarna agar ia bisa mendapatkan penghasilan yang nantinya dipakai untuk bisa bertemu sang ibu nan jauh disana.

You Might Also Like

0 comments

No Rude Words, Please ^^